Selasa, 28 Juni 2011

Jangan Beternak Puyuh Petelur, Sebelum Mempertimbangkan Hal-Hal Berikut ini




Salam sejahtera

Melihat berbagai analisa usaha budidaya puyuh petelur, membikin “gerah” yang membacanya. Bagaimana tidak gerah dan bikin ngiler para pelaku usaha per-unggas-an jika melihat usaha ternak puyuh demikian tinggi hasilnya dan relatif cepat kembali modal serta begitu ringan aktivitas kerjanya….. Selain itu, bagi yang menjadi karyawan, pegawai, atau bagi yang sudah mempunyai usaha lain, beternak burung puyuh sangat bisa menjadi alternatif menambah penghasilan. Menggiurkan memang.

Analisa dan kenyataan yang demikian juga bikin saya hampir macet mau nulis postingan ini yang sesuai judulnya “jangan beternak puyuh petelur sebelum mempertimbangkan hal2 berikut ini”.
Tentu yang ingin saya tuliskan adalah bahwa bagi yang berkeinginan budidaya ternak puyuh petelur sudah siapkah menerima kekurangan dan segala macam resiko negatif disamping hal-hal yang nyaman dan menyenangkan?

Dibalik yang manis-manis, sebenarnya ada pahitnya juga, bahkan banyak. Dan semuanya harus ditelan. Tidak bisa pilih-pilih jika memang ingin intens menekuni ternak puyuh. Tentu hal yang akan saya sampaikan bukanlah resiko pahit “kegagalan”. Bukan. Kalo resiko kegagalan beternak puyuh kok sepertinya hampir jarang terjadi. Ya tetep ada juga peternak yang berhenti karena kegagalan, tapi berbanding lebih sedikit daripada peternak yang terus menjalankan usahanya, bahkan terus dan terus menambah populasinya.


Mungkin saya sok tau atau mungkin juga narsis, namun saya tulis ini bersifat bercerita apa yang saya alami, mudah2an ada sedikit membawa manfaat.

Bagi yang berkeinginan beternak burung puyuh utamanya puyuh petelur, sebenarnya tidak enak lho, kecuali bisa menerima, menjalani, setelah mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Siap rugi.

Rugi belum tentu gagal atau bangkrut. Rugi di sini maksudnya adalah penghasilan yang menurun karena harga telur yang juga turun, misalnya biasanya mendapat hasil bersih 300rb ataupun 350rb rupiah per-1rb populasi, turun ke hasil bersih 100rb bahkan 50rb rupiah per-1rb populasi per-minggu. Jadi ruginya di sini adalah turun penghasilan.
Rutinitas harga menyentuh level rendah biasanya memasuki bulan2 September sampai Desember. Walaupun rutinitas tersebut bukan patokan pasti, bagaimanapun tetap tergantung pada penyerapan pasar. Biasanya.
Tapi secara insidentil pernah juga kejadian harga telur terus turun dan harga pakan terus naik.
Nah, siap tidak para calon peternak menghadapi keadaan tersebut yang jelas menjadi hiasan wajar dalam beternak puyuh petelur.
Siap tidak untuk tetap mencintai puyuh dalam suka dan duka, dalam manis dan pahitnya kondisi.
Jika diperkirakan tidak mau menerima kondisi tersebut, pertimbangkan lagi dengan matang2 untuk terjun ke jurang perpuyuhan , karena itu sudah sandangan pokok.

Silahkan baca artikel selengkapnya di SINI.

Tidak ada komentar: